Kebutuhan Rokok Lebih Besar dari Makanan di Sulteng

Azis
Bagikan:

PALU-Tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah dari tahun ke tahun terus menurun. Kesimpulan ini disampaikan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Sulawesi Tengah, Hasanuddin Atjo.

“Dalam kurun waktu delapan tahun, tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah menurun. Sayangnya, secara tingkat nasional posisi Provinsi Sulawesi Tengah masih termasuk daerah yang berada di posisi yang cukup tinggi angka kemiskinannya,”ungkapnya kemarin.

Sehingga itu menurutnya Pemerintah Sulawesi Tengah pun punya target untuk menurunkan tingkat kemiskinan hingga 10 persen pada 2024 mendatang.

BACA  Sembilan Pejabat Manajerial Kanwil Kemenkumham Sulteng Dilantik Tingkatkan Kualitas Pelayanan Publik

“Kita harus kerja keras sehingga harapan kami perwakilan daerah Sulteng yang merupakan salah satu energi bagi kita untuk bersama-sama menurunkan tingkat kemiskinan di Sulteng,” kata Hasanuddin Atjoseperti dilansir kumparan.

Menurut Atjo, ada tiga strategis yang bisa dilakukan untuk menurunkan kemiskinan.

Kepala Bappeda Hasnudin Atjo.(Ist)

Pertama investasi program dengan menjaga Inflasi atau stabilitas harga, kemudian progran subsidi, dana desa dan bantuan sosial.

“Sekarang yang jadi persoalannya pendataan penduduk yang layak untuk mendapat bantuan belum tepat sasaran,” katanya.

BACA  LPKA Palu Jamin Pelayanan Prima Gandeng Hpernet Lakukan Perawatan dan Pemeliharaan IT

Selama September 2018 hingga Maret 2019, garis kemiskinan naik sebesar 4,01 persen. Yaitu dari Rp 424,040 per kapita per bulan pada September 2018 menjadi Rp 441,036 per kapita per bulan pada Maret 2019.

Kata Atjo, berdasarkan data tersebut peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan.

Komoditi yang berpengaruh terhadap garis kemiskinan pada Maret 2019 untuk non makanan sebesar 23,65 persen, yang mana salah satunya adalah rokok.

BACA  Positif Corona Sulteng 22 Orang, Bertambah Tiga, Satu dari RSUD Poso

“Perkotaan capai 18.05 persen dan di perdesaan 16,98 persen, itu artinya kebutuhan rokok ini tinggi dan sangat mempengaruhi. Peningkatan kemiskinan karena termasuk non makanan dan tidak mengandung kalori,” ujarnya.

Tidak bisa dipungkiri lanjutnya, kebutuhan akan rokok di Sulteng tergolong tinggi jika dibandingkan dengan makanan.

“Ke depan akan ada langkah-langkah dan sosialisasi yang dilakukan pemerintah untuk mencapai target 10 persen penurunan angka kemiskinan pada 2024,” terangnya.(BC-AM).

Next Post

Gadis Desa di Parimo Dibunuh Kakak Ipar, Gara-Gara Tolak Berhubungan Badan

PARIGI- Gara-gara menolak berhubungan badan, seorang gadis asal Desa Dolago Padang, Kecamatan Parigi Selatan, Kabupaten  Parigi Moutong, menjadi korban pembunuhan keji yang dilakukan kakak iparnya sendiri. Tersangka SJR tegah mengakhiri […]