Densus 88 Tangkap Teroris Buronan di Gorontalo, YLK Ahli dalam Menyembunyikan Identitas

Berita Gorontalo926 Dilihat

GORONTALO (radarposo) -Tim Densus 88 Antiteror Polri berhasil meringkus YLK, seorang teroris yang telah buron sejak 2016, di Desa Mongolato, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo.

Penangkapan ini merupakan hasil kerja keras dan ketelitian tim Densus 88 dalam melacak pergerakan YLK.

Yang selama ini dikenal mahir menghindari deteksi dengan menggunakan berbagai alias, seperti IS, AT, MAL, dan AH.

YLK diketahui memiliki rekam jejak panjang dalam dunia terorisme.

Ia pernah menjalani pelatihan di Camp Hudaibiyah, Filipina, antara tahun 1998 hingga 2000, yang menjadi awal mula keterlibatannya dalam aksi teror.

Selanjutnya, YLK juga mengikuti pelatihan paramiliter Muqoyama Badar tahap dua di Jawa Timur yang diselenggarakan oleh Jamaah Islamiyah.

Keahliannya dalam merancang strategi teror serta kemampuannya menyamar dengan berbagai identitas membuatnya sulit dilacak selama bertahun-tahun.

Brigjen Pol. Aswin Siregar, Juru Bicara Densus 88 Antiteror Mabes Polri, mengonfirmasi penangkapan ini pada Selasa (3/9/2024).

“Iya, benar sudah ditangkap,” ujar Aswin. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa penangkapan YLK dilakukan berdasarkan informasi mengenai kepemilikan senjata api laras panjang yang dititipkan oleh UM, terpidana kasus Bom Bali 1.

YLK sebelumnya sempat ditahan pada tahun 2003 terkait aktivitas terorisme, namun kembali aktif di jaringan teroris setelah bebas.

Pada tahun 2012, ia bergabung dengan kelompok Jamaah Ansor Tauhid (JAT) dan mengikuti program pengiriman personel ke Yaman sebagai bagian dari jihad global AQAP (Al-Qaeda in the Arabian Peninsula).

Penangkapan YLK menunjukkan komitmen Densus 88 dalam memberantas terorisme di Indonesia.

Upaya ini tidak hanya mengamankan satu individu berbahaya, tetapi juga memutus mata rantai jaringan teror yang lebih luas.

Densus 88 terus bekerja untuk menjaga keamanan negara dengan memantau pergerakan dan aktivitas kelompok teroris yang berpotensi mengancam stabilitas nasional.(GP)